PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur
kadarnya,perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan
lankah penting dalam analisi kualitatis.Suatu analisis kimia menjadi meragukan
jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat sepositif senyawa
terukur.Pada kebanyakan analisis meliputi pengubahan cuplikan pemisahan senyawa
pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terrlebih dahulu
sebelum identifikasi dan pengukuran.
Ada banyak teknik pemisahan/isolasi,diantaranya yaitu penyaringan,
sublimasi, ekstraksi, kromotografi dan lain-lain. Dalam kegitan praktikum kali
ini akan dilakukan teknik pemisahan antara kromotografi karna teknik ini yang
paling banyak di gunakan. Pengetahuan yang cukup mengenai metode-metode
pemisahan ini merupakan suatu keharusan bagi mereka yang berkecimpung di dunia
sains, termasuk mahasiswa teknik.
Didalam praktikum kali ini kita akan mempelajari
kromatografi-kromatografi secara harafiah terdiri dari dua kata yaitu chromos
yang berarti warna dan graphos yang berarti tulisan. Jadi, kromatografi adalah
teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada perbadaan kecepatan migrasi
komponen-komponen yang dipisahkan, diantara dua fase, yaitu fase gerak dan fase
diam.
Kromatografi dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jenis
fase yang terlibat, antara lain :
-
Kromatografi
gas-cair
-
Kromatografi
gas- padat
-
Kromatografi
cair-cair
-
Kromatografi
cair-padat
Selain
itu penggolongan kromatografi yang didasarkan pada teknik yang digunakan dapat
digolongkan menjadi dua yaitu kromatografi kolom dan kromatografi planar.
Penggolongan kromatografi berdasarkan teknik pemisahan adalah kromatografi
kolom adsorbsi dan kromatografi kolom partisi.
Dalam percobaan
kali ini akan dilakukan perhitungan jarak pelarut dan komponen- komponen noda
yang dipisahkan, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi jarak
pelarut kita menggunakan pelarut polar, non polar dan semi polar. Selain itu
kita juga akan menghitung nilai Rf dari masing-masing percobaan. Diharapkan
dalam percobaan kali ini pengetahuan kromatografi dapat lebih mendalam.
1.2 Tujuan
percobaan
-
Untuk mengetahui sifat-sifat pelarut yang di gunakan.
-
Untuk mengetahui fase diam dan fase gerak dalam percobaan
kromatografi
-
Mengetahui harga Rf dari pemisahan satu senyawa sehingga dapat
diketahui sifat senyawa dari pemisahan tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatogrfi adalah kaedah pemisahan yang sangat penting. Penggunaan
kromatografi pertama kali telah dikreditkan kepada seorang ahli botani rusia
bernama Michel tswett apa bila pada 1903 beliau telah melaporkan pemisahan
sampel pigmen berwarna melalui turus
yang terdapan dengan butir-butir kalsium karbonat yang halus. Pigmen yang
terhasil daripada eksperimen itu telah diperoleh sebagai jalur-jalur berwarna
didalam turus itu.Mungkin inilah yang member ilham kepada beliau untuk
menggunakan kata kromatografi bagi teknik pemisahan ini bersempena dengan
perkataan Greek kroma yang berarti warna dan grafi yang berarti tulis.
Pada masa ia mulai diperkenalkan, kaedah kromatografi kurang
mendapat perhatian, sehingga pada tahun 1930-an, teori kromatografi mulai di
gunakan untuk mencetuskan penggunaan kromatografi modern. Pada saat itu
terdapat berbagai tehnik kromatografi.Penggunaan kromatografi tidak terbatas
pada bidang kimia saja, bahkan kromatografi juga digunakan dalam bidang
biologi, farmasi, pertanian, petrokimia dan sains alam sekitar. Ahli kimia menemukan
bahwa kromatografi sangat berguna untuk memisahkan bahan-bahan dan menganalisis
sampel yang kompleks.(Mohammad marsin sanagi, 1998)
Kromatografi dapat digunakan untuk memisahkan zat-zat penyusun yang
terdapat dalam satu campuran.Pada pemisahan menggunakan metode kromatografi,
sampel campuran dilewatkan pada permukaan zat inert (zat yang tidak reaktif /
tidak mudah bereaksi secara kimia), seperti alumina, silica, atau kertas
khusus.Dalam hal ini, zat inert merupakan fase diam karena tidak ikut bergerak
bersama sampel campuran.Selain fase diam ada juga fase gerak.Fase gerak dapat
berpa ganas atau cairan. Disebut fase gerak karena gas ata cairan tersebut akan
bergerak bersama-sama sampel campuran melewati permukaan zat inert (fase diam).
(Mirajuddin, Saktiono, Lutfi, 2006)
Kromatografi telah di definisikan terutama sebagai suat proses pemisahan
yang dignakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler.
Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran atom dua
fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorpsi,kromatografi
partisi cairan, dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam
kromatografi partisi adalah : partisi gas, partisi cairan yang menggunakan alas
tak bergerak (misalnya kromatografi kolom), kromatografi kertas dan lapisan
tipis. Dalam tiap kasus terjadi distribusi antara fase cair yang terserap
secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase
cair itu.Dalam kromatografi partisi cairan, fasae cair yang bergerak mengalir
melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, dalam
kromatografi kertas pendukung itu adalah kertas atau kertas terolah, sedangkan
dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalurkan pada lempeng kaca atau
lembaran pelastik. (J.Bassett, R.C Denney, G.H. Jeffrery, J. Medham, 1991)
Kromatografi adalah teknik pemisahan zat untuk analisis dan
preparat dengan melarutkan campuran dalam fase bergerak (cairan atau gas), yang
mengalir melalui fase stasioner; zat-zat yang hendak dipisah-pisahkan harus
berinteraksi dengan fase stasioner dengan kuat yang berbeda-beda, interaksi ini
dapat bersifat adsorpsi, partisi, pertukaran ion, pengayakan molekuler, atau
lainnya.Dilihat dari macam fase gerak, dikenal kromatografi gas dan kromatografi
cairan, yang kedua ini dapat berupa kromatografi kolom, kromatografi kertas,
kromatografi lapisan tipis, kromatografi penukaran ion, dan sebagainya. Dahulu
cara ini digunakan untuk memisah-misahkan zat warna sehingga diberi nama
demikian (kromos’warna). (Hadiat, Moedjadi, Nyoman kertiasa, Sukarno,
S.soeporno, 2004)
Cara kerja kromatografi perinsipnya campuran yang akan dipisahkan
ditambahkan ke kolom yang didalamnya terdapat adsorben (fasa stasioner) dari
ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban / pembawa yang cocok (fasa mobil) hingga
mencapai ujung satunya. Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun
masing-masing komponen dalam kolom yang ditentukan oleh kekuatan adsorbsi /
koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam.
Contoh macam-macam kromatografi, antara lain :
1.
Kromatografi
kolom adalah kromatografi yang adsorbennya dimasukkan kedalam tabung (pipa)
kaca. Adsorben tersebut berupa padatan dalam bentuk tepung, contohnya alumina.
Setelah pemisahan masing-masing komponen terdapat didaerah tertentu dalam
tabung. (Syukri, S. ,1999)
2.
Kromatografi
gas, kromatografi gas sendiri terdiri dari dua yaitu kromatografi gas cairan
dengan mekanisme pemisahan partisi, teknik kolom dan nama alat Gas Liquid
Chromatography / GLC dan kromatografi gas padat dengan mekanisme pemisahan
absorbs, tehnik kolom dan nama alat GSC / Gas Solid Chromatography. Namu GSC
sekarang jarang digunakan sehingga pada umumnya yang disebut dengan GC saat ini
adalah Gas Liquid Chromatography / GLC. Pada prinsipnya pemisahan dalam GC adalah
disebabkan oleh perbedaan dalam kemampuan distribusi analit diantara fase gerak
dan fase diam didalam kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda.
3.
Kromatografi
cair (Liquid Chromatography), merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion
atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan, jika larutan sampel
berinteraksi dengan fase stasioner, namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran
ion (ion exchange), partisi (partitoring), atau ukuran. Perbedaan ini membuat
komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari
lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom. Terdapat beberapa jenis
kromatografi cair, diantaranya ;
-
Reverse phase
chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat
hidrorobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia
pada padatan inert seperti silica. Metode ini biasa di gunakan untuk proses
ekstraksi, dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile)
-
High
performance lliquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan
revorse phose. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan
yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter
kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkat aquilibrium dalam jumlah
besar.
-
Size exclusion
chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration
chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode
ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sngat cepat. Perangkat
kromatografi berpa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan
berdiameter kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul
tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.
4.
Kromatografi
pertukaran ion (ion exchange chromatography) bias di gunakan untuk pemurnian
materi biologis, seperti asam amino, peptide, protein. Metode ini dapat
dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar).
Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan
pertukaran anion (anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner
bermuatan negatif, sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan
positif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. Jika
muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan terelusi.
Namn jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut
akan membentuk akatan ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel
pada kolom di perlakuan penambahan larutan dengan PH dan kekuatan ionik
tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat efektif dan karena biaya untuk
menjalankan metode ini merah serta kepastiannya tinggi, maka metode ini biasa
digunakan pada awal proses keseluruhan.
5.
Kromatografi
partisi, prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi
yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian
sebelumnya. Dan dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu
kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stasioner
dan fasa mobil. Fasa stasioner dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada
adsorben dan fasa mobiladalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel
teradsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang
digunakan luas karena merpakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik.
6.
Kromatografi
kertas, mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas ferinsipnya sama
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah
kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung
kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring
dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut)
dapat saja beragam. Air, etanol, asam
asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan. Kromatografi kertas
diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam
amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asas-asam amino larut dalam air dan
tidak mudah menguap (tdak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah
masalah paling sukar yang dihadapi ilmuan / kimiawan diakhir abad 19 dan awal
abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi
mereka. Kimiawan inggris Rhicard Laurence Milington Synge (1914-1994) adalah
orang pertama yang menggunakan metode analisis asam amino dengan kromatografi
kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara fertikal karena
ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air)
yang terabsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketika pelarut
mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari
titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R,masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertaas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan
lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.
7.
Kromatografi
adsobsi, fasa diam dalam kromatografi adsorps disebut adsorben. Kromatografi
adsorpsi adalah tipe kromatografi tertua, seperti yang dikerjakan Tsweet.
Ketika cairan digunakan sebagai fasa geraknya, maka disebut Liquid Solid
Chromatography (LSC) contohnya TLC dan HPLC. Jika fase gerak berupa gas disebut
gas Gas Solid Chromatography (GSC) misal Gas Chromatography (GC). Dalam
kromatografi adsorbs ada dua tipe gaya : gaya tarik solute pada adsorben
(stationary phase). Gaya yang bekerja untuk mengeluarkan solute dari adsorben
untuk bergerak bersama fase gerak.
Metode
identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga RF :
RF =
Aplikasi kromatografi dalam berbagai bidang, antara lain :
a.
Pada bidang Bioteknologi
Dalam bidang bioteknologi kromatografi mempunyai peran yang sangat
besar.Misalnya dalam penetuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa
dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obkek molekul
yang harus di-prified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam biofarmasi.
Kromatografi juga diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti
asam nukleat, karbohidrat, vitamin dan molekul penting lainnya.
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kramotografi
ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat
dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula
dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga biasa bertahan lama.
b.
Pada bidang klinik
Dalam bidang clinical (klinik),
teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan
seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis
penyakit yang diderita pasien tersebut. seorang perokok dapat diketahui apakah
dia termasuk perokok beratatau ringan dengan mengetahui konsentrasi
(sianida) dari sampel air liurnya. Demikian
halnya air kencing, darah dan fluida badan lainya biasa memberikan data yang
akurat dan cepat sehingga keberadan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat
dideteksi secara dini dan cepat.
Sekarang ini, deteksi senyawa
oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama bagi pasien kidney
stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti spektrofotometri, atau
lainnya, akan tetapi semua membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama
untuk mendapatkan hasil analitis dibandingkan dengan teknik kromatografi.
Dengan alasan-alasan inilah,
kromatografi kemudian menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi
permasalahan dalam duni bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia
secara umum.
c.
Pada bidang forensic
Aplikasi
pada bidang forensik pun sangat membantu, terutama dilihat dari segi keamanan.
Masih lekat dalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black September tragedy
mengguncang amerika pada tanggal 11 september 2001 yang ditandai dengan runtuhnya
dua gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat. Demikian halnya di Indonesia
yang marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi dimana-mana.Perhatian dunia
pun akhirnya mulai beralih dengan adanya peristiwa-peristiwa pengeboman /
peledakan tersebut ke bahaya explosive (bahan peledak) dengan peningkatan cukup
tajam.
Kini
kromatografi menjadi hal yang penting dalam menganalisis berbagai bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam bahan peledak. Hal ini di dorong karena dengan
semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apasaja bahan peledak, maka akan
mempercepat diambilnya tindakan oleh bagiankeamanan untuk mengatasi
daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi meluasnya efek radiasi yang
kemungkinan akan mengena tbuh manusia disekitar lokasi ledakan. Lebih jauh
lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga biasa diketahui.
d.
Dalam bidang
lingkungan
Salah
satu permasalahan serius yang dihadapi Negara-negara berkembang dan Negara maju
adalah persoalan global warming (permasalahan gelobal). Menurut survei National
Institute For Environmental Studies, japan, tahun 2006 lalu, bahwa masyarakat
dijepang memperkirakan tingkat pemanasan global merpakan masalah lingkungan
paling serius dan tingkatannya hampir 7 (tujuh) kali lipat dari satu dekade
yang lalu saat poling kali pertama dilakukan pada tahun 1997. Seiring dengan
hal itu, permasalahan lingkungan pun semakin meningkat.Disinilah, teknik
kromatografi mengambil peran paling penting dalam environmental analysis
(analisis lingkungan) ini.
Permasalahan
lingkungan dapat dibagi menjadi 3(tiga) bagian : water hygien, soil hygiene dan
air hygiene. Sebagai contoh kualitas air (missal : air ledeng, air sungai, air
danau, air permukaan) dapat diketahui salah satunya dengan mengetahui jenis
anion dan kation yang terkandung dalam sampel air tersebut sekaligus jumlahnya.
Apakan mengandung logam-logam berbahaya atau tidak.
BAB 3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat :
- Gelas kimia 100 ml
- Kertas saring
- Cawan petri
- Gunting
- Tusuk sate/ lidi
3.1.2 Bahan- bahan :
- Tinta hitam
- Tinta biru
- Tinta merah
- Ekstrak mawar
- Ekstrak kunyit
- Ekstrak pandan
- Etanol (Alkohol) 70 %
-
3.2
Prosedur percobaan
12 cm
|
1 cm
|
1 cm
|
1,5
cm
|
7 cm
|
(sebanyak 6 buah). Berikan garis pada
atas dan bawah dengan pensil.
-
Diberikan
cuplikan (noda) pada kertas saring pada jarak dan besar yang sama.
-
Kertas 1 :
3 noda tinta
-
Kertas 2 : 3
noda ekstrak
-
Ditempelkan ujung kertas pada tusuk sate
/ lidi
-
Dicelupkan pada
pelarut aquades 20 ml, jangan sampai noda terendam pada pelarut
-
Dihentikan
proses kromatografi saat pelarut mencapai titik (x), atau waktu pencelpan telah
mencapai 5 menit.
-
Dikeringkan
dalam oven.
-
Diukur jarak
tempuh masing-masing pelarut dan noda
-
Diulangi
prosedur diatas dengan mengganti pelarut aquades dengan
dan etanol 70 %
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan pembahasan
No
|
Noda
|
Pelarut
|
Jarak noda
|
Jarak pelarut
|
RF
|
1
|
Ekstrak mawar
|
Aquades
Etanol 70 %
|
3,9 cm
1,7 cm
0,3 cm
|
5 cm
2,7 cm
2 cm
|
0,78
0,63
0,15
|
2
|
Ekstrak kunyit
|
Aquades
Etanol 70 %
|
3,9 cm
0,7 cm
0,8 cm
|
5 cm
2,7 cm
2 cm
|
0,78
0,26
0,4
|
3
|
Ekstrak pandan
|
Aquades
Etanol 70 %
|
0 cm
0 cm
0,9 cm
|
5 cm
2,7 cm
2 cm
|
0
0
0,45
|
4
|
Tinta merah
|
Aquades
Etanol 70 %
|
2,7 cm
1,3 cm
0 cm
|
5,3 cm
2,7 cm
2 cm
|
0,51
0,48
0
|
5
|
Tinta biru
|
Aquades
Etanol 70 %
|
3,7 cm
1,4 cm
0 cm
|
5,3 cm
2,7 cm
2 cm
|
0,7
0,52
0
|
6
|
Tinta hitam
|
Aquades
Etanol 70 %
|
3,9 cm
1,6 cm
0 cm
|
5,3 cm
2,7 cm
2 cm
|
0,72
0,59
0
|
4.2 Perhitungan
4.2.1 Ekstrak Mawar
- Pelarut Aquades
Rf =
= 0,78
-
Pelarut Etanol
70 %
Rf =
= 0,63
cm
-
Pelarut
Rf =
= 0,15
4.2.2 Ekstrak Kunyit
- Pelarut Aquades
Rf
=
= 0,78
-
Pelarut Etanol
70 %
Rf =
= 0,26
-
Pelarut
Rf =
= 0,4
4.2.3 Ekstrak
Pandan
- Pelarut Aquades
Rf =
= 0
-
Pelarut etanol 70 %
Rf =
= 0
-
Pelarut
Rf =
= 0,45
4.2.4
noda tinta merah
- pelarut
aquades
Rf
=
= 0,51
-
Pelarut etanol
70 %
Rf =
= 0,48
-
Pelarut
Rf =
= 0
4.2.5 Noda tinta biru
- pelarut aquades
Rf =
= 0,7
-
Pelrut etanol 70%
Rf =
= 0,52
-
Pelarut
Rf =
= 0
4.2.6 Noda tinta hitam
-
pelarut aquades
Rf =
= 0,74
-
Pelarut etanol 70 %
Rf =
= 0,59
-
Pelarut
Rf =
= 0
4.3
Pembahasan
Awal abad 20 kimiawan Rusia
Mikhail Semenovich Tswett (1972- 1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan
, lalu ia menuangkan campuran pigmen tanaman
yang dilarutkan dalam eter kedalam kolom tersebut. Hasilnya secara mengejutkan
terpisahnya pigmen tadi dan membentuk lapisan berwarna sepanjang kolom.
Selanjutnya ia menamakan metode ini dengan namakromatografi (1906). Lalu
kimiawan Swiss Richard Martin Willstatter (1872- 1942) menggunakan metode ini
untuk melakukan riset klorofilnya, dari sinilah kromatografi mulai popular digunakan.
Pengertian umum kromatografi
adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponen-komponennya dengan
bantuan perbedaan fisik masing-masing komponennya. Alat yang digunakan dalam
metode kromatografi ini adalah sebuah kolom yang didalamnya diisikan fasa
stasioner (padatan atau cairan)
Berdasarkan jenis fase gerak yang
digunakan, ada 2 (dua) klasifikasi dalam kromatografi, yaitu : kromatografi
kertas dan kromatografi cairan. Pada kromarografi kertas fasa geraknya berupa
gas, sedangkan pada kromatografi cairan, fasa geraknya berbentuk cairan.Pada
kromatografi gas, fasa diamnya ditempatkan didalam sebuah kolom.Fasa diam ini
dapat berupa suatu padatan atau suatu cairan yang didukung oleh butir-butir
halus zat pendukung. Berdasarkan fasa diam yang berbeda, teknik ini dikenal
sebagai kromatografi gas-padat (Gas Solid Chromatography/ GSC) dan kromatografi
gas-cair (Gas Liquid chromatography/ GLC)
Pada kromatografi cairan, fasa
diam dapat ditempatkan dalam sebuah kolom, maupun dapat dibuat sebagi lapisan
tipis diatas plat dari gelas atu aluminium.Teknik ini disebut sebagai
kromatografi lapisan tipis (Thin Layer Chromatografi / TLC).Pada kromatografi
cairan, sepotong kertas dapat digunakan sebagai fasa diam. Teknik ini dikenal
sebagai kromatografi kertas. Kromatografi lapisan tipis dan kromatografi kertas
diklasifikasikan sabagai kromatografi planar (datar) untuk membedakannya dari
kromatografi yang menggunakan fasa diam didalam sebuah kolom. Teknik
kromatografi cairan dengan fasa diam didalam kolom dikenal sebagai kromatografi
cair-padat (Liquid Solid Chromatography / LSC), tergantung dari fasa diamnya,
suatu padatan atau cairan. Berdasarkan interaksi kromatografi dikenal
kromatografi adsorps, partisi, kromatografi penukar ion dan kromatografi
permeasi gel.
Kromatografi juga dapat
diaplikasikan pada bidang lain :
a.
Pada bidang
bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat penting dan besar.
Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif. Protein sering
dipilih karena ia sering menjadi objek molekl yang harus di-parified (dimurikan)
terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bias
diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan molekul penting lainnya.
b.
Dalam bidang
dinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasikan fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien,
dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut.
Seorang perokok dapat diketahui apakah dia perokok berat atau ringan hanya
dengan mengetahui konsentrasi
(sianida) dari sampel air liurnya. Demikian
halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bias memberikan data yang
akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat
dideteksi secara dini dan cepat.
c.
Pada bidang
forensik, aplikasi kromatografi pada bidang forensik pun sangat membantu,
terutama dilihat dari segi keamanan. Masih lekat dalam ingatan kita, sebuah
peristiwa Black September Tragedy mengguncang Amerika Serikat pada tanggal 11
september 2001 yang ditandai dengan runtuhnya dua gedung kesayangan pemerintah
amerika serikat. Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Kromatografi menjadi
hal yang sangat penting dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam bahan peledak. Karena semakin cepat diketahuinya bahan-bahan
dasar apasaja bahan peledak. Serta antisipasi meluasnya efek radiasi yang
kemungkinan akan mengena tubuh manusia disekitar lokasi ledakan.
Pada percobaan kromatografi ini menggunakan 6
macam noda yang berbeda yaitu noda ekstrak mawar, noda ekstrak kunyit, noda
ekstrak pandan, noda tinta merah, noda tinta biru dan noda tinta hitam. Dan
juga menggunakan 3 pelarut berbeda yaitu aquades, etanol 70 % dan
. Aquades merupakan pelarut yang bersifat
polar, etanol merupakan pelarut yang bersifat semi polar dan
bersifat
non polar.Hasil percobaan, ektrak mawar bersifat semi polar karena larut dalam
pelarut aquades (polar), etanol 70 % (semi polar) dan
(non
polar).Noda ekstrak kunyit bersifat semi polar karena ekstrak kunyit ikut naik
pada semua pelarut (aquades yang bersifat polar, etanol 70 % yang bersifat
semipolar serta
yang
bersifat non polar).Noda ekstrak panda bersifat non polar karena hanya dapat
larut/ikut naik pada pelarut
yang
bersifat non polar.Noda tinta merah bersifat polar karena tidak ikut naik pada
pelarut
yang
bersifat non polar, tetapi hanya larut pada aquades (polar) dan etanol 70 %
(semi polar).Begitu pula noda tinta biru dan hitam bersifat polar karena tidak
ikut naik pada pelarut
yang
bersifat non polar, hanya larut atau ikut naik pada pelarut aquades yang
bersifat polar dan pelarut etanol 70 % yang bersifat semi polar.
Kandungan
pada tiap noda yang digunakan antara lain : pada ekstrak mawar mengandung saponin,
kardenolin, flaponoid, serta mengandung vitamin c yang tidak kalah dengan buah
jeruk. Pada kunyit atau kunir, kandungan kimianya adalah kurkminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetaksikmin dan bisdesmetaksikurkumin dan zat-zat
bermanfaat lainnya. Kandungan zat kurkumin : R1 = R2 =
10 %
desmetaksikurkumin : R1 =
, R2 =
-5 %
bisdemetoksikurkumin : R1 = R2 = H sisanya minyak sari / volatil oil (keton
sesquitespen, turmeron, tmeon 60 %, zingiberan 25 %, felardren, sabinen,
borneol dan sineil) lemak 1 -3%, karbohidrat 3%, protein 30 %, pari 8 %,
vitamin C 45-55 %, garam-garam mineral (zat besi, fosfor, dan kalsium) sisanya.
Pada ekstrak pandan mengandung alkaloid, saponin, flaponoida, tannin,
poliferol, dan zat warna.Tinta merupakan media yang sangat kompleks, berisikan
pelarut, pigmen, celupan, resin, dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa
yang membentuk ion-ion plimer polar dengan resin tahan air), surfaktan (yaitu unsur
basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan, kemungkinan
penyebaran yang mudah, surfaktan juga menurunkan tekanan antar dua cairan),
materi-materi partikuler, pemijar, dan material-material tertentu.
Pelarut
yang digunakan dalam percobaan ini ada 3 dan masing-masing memiliki sifat
fisika dan sifat kimia , antara lain :
1.
Aquades
-
Sifat fisika
air
-
Rumus molekul :
-
Massa
molar : 18,0153
-
Densitas dan
fase :0,998
3 a. 0,929
3, padatan
-
Titik lebur : 0
°C (273,15 K) (32 °F)
-
Titik didih :
100 °C (373,15 K) (212 °F)
-
Penampilan :
cairan tak berwarna, tidak berbau
-
Sifat kimia air
:
-
Pelarut yang
baik
-
Memiliki pH 7
(netral)
-
Bukan merupakan
zat pengoksidasi kuat
-
Lebih bersifat
reduktor daripada oksidator
-
Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi
jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah. Ca + 2H2O Ca2
2.
Etanol (alkohol)
-
Sifat fisika
etanol :
-
Mempnyai titik
didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya
sama,disebabkan antara molekul alcohol membentuk ikatan hidrogen
-
Rumus umum alkohol
R – OH, dengan R adalah satu alkali baik alifatis maupun siklik
-
Dalam alcohol semakin
banyak cabang, semakin rendah titik didihnya
-
Alcohol dapat
berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan
-
Sifat kimia
etanol
-
Mdah terbakar
-
Bentuk fasa
pada suhu ruang
o
Dengan C 1 s/d 4 berpa gas atau cair
o
Dengan C 5 s/d
9 berupa cairan kental seperti minyak
o
Dengan C 10
atau lebih berupa zat padat
-
Dapat dibuat
dari fermentasi karbohidrat
3.
(karbon
tetraklorida)
-
Sifat fisika CCl4
- Berbentk
cair
- Densitas
: pada suhu 20 °C 2,238
- Tidak
berwarna
- ∆Hf
° : -135,44
- Memiliki
ba khas
-
Sifat kimia CCl4
-
Sangat reaktif
terhadap zat lain
-
Dapat diisolasi
-
Baracun
-
Tidak larut
dalam air
-
Tidak stabil
Fungsi perlakuan dalam percobaan kromatografi ini adalah :
-
Dipotong kertas
saring dengan ukuran yang telah ditentukan sebanyak 6 buah
-
Diberikan
cuplikan (noda) pada kertas saring pada jarak dan besar yang sama, kertas 1 : 3
noda tinta, kertas 2 3 noda ekstrak.
-
Ditempelkan
ujung kertas pada tusuk sate / lidi
-
Dicelupkan pada
pelarut aquades 20 ml, jangan sampai noda terendam pada pelarut.
-
Dihentikan
proses kromatografi saat pelarut mencapai titik (x) atau waktu pencelupan telah
mencapai 5 menit.
-
Dikeringkan
dalam oven.
-
Diukur jarak
masing-masing pelarut dan noda setelah pencelupan.
-
Diulangi
prosedur diatas dengan mengganti pelart aquades dengan CCl4 dan etanol 70 %.
Perlakuan ini bertujuan agar praktikan mengetahui proses
kromatografi yang terjadi pada setiap noda yang diberikan dengan pengaruh
terhadap masing-masing pelarut.
Faktor kesalahan dalam percobaan kromatografi ini adalah :
-
Pemberian cuplikan
(noda) tidak sama besar
-
Kurang teliti
dalam proses perhitungan / menentukan jarak tempuh noda
-
Gelas kimia
yang digunakan belum steril sehingga mempengaruhi larutan N – heksan.
Senyawa polar adalah
senyawa yang terbentuk akibat adanya senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu
ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya.Hal ini terjadi karena unsur yang
berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifan yang berbeda.Contoh :H2O,HCL, HF, HI dan
HBr dan 3 noda tinta pada percobaan.
Senyawa semi polar adalah senyawa yang dapat
larut dalam pelarut polar maupun senyawa non polar.Contohnya : noda ekstrak
kunyit dan noda ekstrak mawar pada percobaan.
Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk
akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya.
Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai keelektronegatifan
yang sama / hampir sama. Contoh :O2,CO2,CH4,
dan
serta
noda ekstrak pandan pada percobaan.
Perinsip percobaan
Perinsip kerja kromatografi adalah pemisahan
dua atau lebih senyawa dalam suatu campura berdasarkan perbedaan berat
molekulnya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- sifat pelarut aquades adalah polar,
pelarut etanol semi polar, dan pelarut
adalah
non polar
- fase diam adalah salah satu laju reaksi
pada ekstrak atau sampel yang digunakan pada praktikm tidak bergerak atau tetap
pada posisinya, dimana fase diam pada praktikum kromatografi adalah kertas
saring. Fase gerak adalah suatu laju reaksi pada ekstrak atau sampel yang
digunakan pada praktikum bergerak atau berpindah dari posisi awalnya, dimana fase gerak pada
praktikum kromatografi ialah pelarut
- untuk pelarut etanol, sampel hitam, merah
dan biru tidak terdapat noda sehingga Rfnya 0. Dan pada sampel merah terdapat
noda merah bata, oranye, dan merah lembayung.Dengan demikian noda merah
bersifat polar.
5.2 Saran
Sebaiknya ditambah lagi bahan yang
digunakan seperti ekstrak jahe, tinta hijau, tinta kuning.Agar dapat mengetahi
dan membandingkan antara bahan yang satu dengan yang lainnya dalam percobaan
kromatografi.
DAFTAR PUSTAKA
Basset,J., R.C. Denney, G.H. Jeffery. J. Mendhom. 1991. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Organik. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Hadiat, Moedjadi, Nyoman Kertiasa, Sukarno, S. Soepomo. 2004. Kamus Sains. Jakarta : Balai pustaka
S. Syukri. 1999. Kimia Dasar
1. Bandung : Penerbit ITB
Sanagi, Mohammad Marsin. 1998. Teknik
Pemisahan dan Analisis Kimia. Malaysia : Universitas Teknologi Malaysia