Sabtu, 27 Oktober 2012
pembuatan larutan
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal dengan adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut solvent atau pelarut, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut solute atau zat terlarut. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut, sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam satu liter larutan.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serta sama dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari dua komponen zat aatau lebih. Larutan dikatakan homogen penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.
Misalnya larutan gula dengan air dimana tidak dapat terlihat lagi bentuk gulanya, hal ini karena larutan sudah tercampur secara homogen. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan praktikum dan pada praktikum acara ini dilaksanakan acara pembuatan dan standarisasinya.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan, untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui cara pencampuran larutan antara suatu larutan (zat) dengan zat lain, untuk mereaksikan suatu larutan di dalam laboratorium. Dan percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi dan hasil reaksi yang terjadi pada pembuatan larutan-larutan.
Tujuan Percobaan
Memahami bagaimana pembuatan larutan
Mengenal alat dan bahan serta fungsinya yang digunakan dalam percobaan
Memahami bagaimana pengenceran larutan pekat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Dan disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini karena kelarutan sudah tercampur secara homogen.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Dan pada percobaan ini yang dibahas adalah larutan cair. (Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, 2007)
Pelarut cair umumnya air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena, klorofom, eter dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbondioksida dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan tersebut disebut pelarut atau solven. Larutan 40% alkohol dengan 60% air disebut larutan alkohol. Larutan 60% alkohol dengan 40% air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60% gula dengan 40% air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air). Komponen yang jumlahnya lebih sedikit daripada zat-zat lain dalam larutan tersebut zat terlarut (solute).
(Syukri S., 1999)
2.2 Kelarutan
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau molekol gula yang lain sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut jenuh.
Kristal gula + air Larutan gula
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh misalnya biasa dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas daripada dalam perlarut dingin. Jika dalam larutan yang panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat lagi melarut, maka sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari pengkristalan. Jika kita tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang bersifat lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo). Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari solute. Kelebihan molekul solute akan terikat pada kristal inti akan mengkristal kembali.
(F. Albert Cotton, Geoffrey Wilkinson, 1988)
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi dan NH4+ adalah seperti pada tabel berikut.
Senyawa Kelarutan
Nitrat Semua larut
Asetat Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
Klorida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
Bromida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
Iodida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
Sulfat Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+, (Ca2+ sedikit larut)
Sulfit Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Sulfida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
Fosfat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Karbonat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksalat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
Hidroksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, (Ca2+ sedikit larut)
Nitrit Semua tidak larut kecuali Ag+
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
(R.A. Day, A.L. Underwood, Hillarius Wibi. H., Sumarmata, Lemeda, 2002)
b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperature yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksterm, maka kelarutannya berkuran pada suhu yang lebih tinggi.
c. Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 (lima) kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
(Oxtoby, Gillis, Nachtrien, Suminar, 2001)
2.3 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a. Molaritas (M) Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Mol= (Mol zat terlarut)/(volume larutan)= mol/L=mol/mL x (1000 mL)/L
b. Molalitas (m) Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1 000 gram) pelarut.
m= (mol zat terlarut)/(kg pelarut)= (mol zat terlarut)/(gram pelarut) x (1000 gram)/kg
c. Normalitas (N) Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N=(ekuivalen solute)/(L Larutan)= ((massa solute)/(massa ekuivalen))/L= ((gram/Mr)/n)/L=(n x gram/Mr)/L= (n x mol)/L=n x M
(David G. Watson, 2005)
2.4 Pelarutan
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair yang lain secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Pada percobaan pembuatan larutan dalam Praktikum Kimia Dasar 1 (satu) ini digunakan:
3.1.1 Alat-alat
- Neraca analitik
- Labu takar 100 mL
- Pipet tetes
- Pipet ukur 10 mL
- Batang pengaduk
- Gelas kimia 100 mL
- Corong kaca
- Spatula
3.1.2 Bahan-bahan
- Asam sulfat (H2SO4)
- Asam oksalat (H2¬C2O4)
- Kalium permanganat (KMnO4)
- NaOH
- FeSO4
- Na2S2O3
- Aquades
- Botol kaca bekas yang telah dicuci bersih
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Asam Sulfat H2¬SO4¬ 0,2 M, 100 mL
- Dihitung Molaritas (M) H2¬SO4 (p), yang diketahui Bj = 1,84 dan % = 96 % (larutan induk)
- Dihasilkan 18,02 M H2¬SO4 dari rumus M = (Bj x 10 x %)/Mr
- Dimasukkan 20 mL akuades dalam labu takar
- Dari rumus pengenceran: M1 x V1 = M2 x V2, dihasilkan volume H2¬SO4 sebanyak 1,1 mL. Dipipet 1,1 mL H2¬SO4 dengan Normalitas N
- Ditambahkan aquades hingga tanda tera
- Dihasilkan larutan tak berwarna (bening)
3.2.2 Asam Oksalat H2¬C2O4¬ 0,01 M, 50 mL
- Dirumuskan dengan M1 x V1 = M2 x V2, dihasilkan perhitungan 5 mL
- Dipipet 5 mL H2¬C2O4 0,1 M (larutan induk)
- Dimasukkan ke dalam labu ukur
- Ditambahkan aquades hingga tanda tera
- Dihasilkan larutan tak berwarna (bening)
3.2.3 Kalium Permanganat KMnO4¬ 0,02 N, 50 mL
- Dihasilkan perhitungan volume KMnO4 10 mL dari rumus N1 x V1 = N2 x V2
- Dipipet 10 mL KMnO4 0,1 N (larutan induk)
- Dimasukkan ke dalam labu takar
- Ditambahkan aquades hingga tanda tera
- Dihasilkan karutan berwarna ungu
3.2.4 NaOH 2 M, 50 mL
- Dihasilkan perhitungan massa NaOH = 5,8 gram dari perumusan M= Massa/Mr x 1000/V
- Ditimbang 5,8 gram NaOH
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan aquades hingga 20 mL, kemudian diaduk
- Dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL
- Diencerkan dengan aquades hingga tanda tera, kemudian dihomogenkan. Dan dihasilkan larutan tak berwarna (bening)
3.2.5 FeSO4¬ 0,1 M, 100 mL
- Dihasilkan perhitungan massa FeSO4 = 1,56 gram dari rumus M= Massa/Mr x 1000/V
- Ditimbang 1,56 gram FeSO4
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan aquades hingga 20 mL, kemudian diaduk
- Dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL
- Diencerkan dengan aquades hingga tanda tera, kemudian dihomogenkan. Dan dihasilkan larutan yang keruh.
3.2.6 Na2S2O3.5H2O 0,01 M, 100 mL
- Dihasilkan perhitungan massa Na2S2O3.5H2O = 2,4 gram dari rumus M= Massa/Mr x 1000/V
- Ditimbang 2,4 gram Na2S2O3.5H2O
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan aquades hingga 50 mL, kemudian diaduk
- Dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL
- Diencerkan dengan aquades hingga tanda tera, kemudian dihomogenkan.
- Dihasilkan larutan tak berwarna (bening)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Hasil pengamatan dibuat dalam tabel berikut.
No. Perlakuan Pengamatan
1. Asam Sulfat H2¬SO4¬ 0,2 M, 100 mL
Dihitung Molaritas H2¬SO4 (p) diketahui Bj = 1,84 dan % = 96 % (larutan induk)
Dimasukkan 20 mL akuades dalam labu takar
Dipipet (x) mL H2¬SO4 dengan Normalitas N
Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Rumus: M= (Bj x 10 x %)/Mr
Mr H2¬SO4 = (2x1) + (1x32) + (4x16)
= 98
M= (1,84 x 10 x 96)/98=18,02 M
M1 x V1 = M2 x V2
¬18,02 x V1 = 0,2 x 100
V1 = (0,2 x 100)/18,02=1,10 mL
Larutan tak berwarna bening
2. Asam Oksalat H2¬C2O4¬ 0,01 M, 50 mL
Dipipet (x) mL H2¬C2O4¬ 0,01 M (larutan induk)
Dimasukkan ke dalam labu ukur
Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Rumus:
M1 x V1 = M2 x V2
50 x 0,01 = 0,1 x V2
V2 = (50 x 0,01)/0,1=5 mL
Larutan tak berwarna bening
3. Kalium Permanganat KMnO4¬ 0,02 N, 50 mL
Dipipet (x) mL KMnO4¬ 0,1 N (larutan induk)
Dimasukkan ke dalam labu takar
Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Rumus: N1 x V1 = N2 x V2
0,02 x 50 = 0,1 x V2
V2 = (0,2 x 50)/0,1
=10 mL
Larutan berwarna ungu
4. NaOH 2 M, 50 mL
Ditimbang (x) gram NaOH¬
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
Ditambahkan akuades hingga 20 mL, kemudian diaduk
Dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Homogenkan Rumus: M= Massa/Mr x 1000/V
2= Massa/58 x 1000/50
Massa= (58 x 2)/20=5,8 gram
Larutan tak berwarna (bening)
5. FeSO4¬ 0,1 M, 100 mL
Ditimbang (x) gram FeSO4
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
Ditambahkan akuades hingga 20 mL, kemudian diaduk
Dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Homogenkan
Rumus: M= Massa/Mr x 1000/V
0,1= Massa/155,91 x 1000/100
Massa= (155,91 x 0,1)/10=1,56 gram
Larutan keruh
6. Na2S2O3.5H2O 0,01 M, 100 mL
Ditimbang (x) gram Na2S2O3.5H2O
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
Ditambahkan akuades hingga 50 mL, kemudian diaduk
Dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL
Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Homogenkan
Rumus: M= Massa/Mr x 1000/V
0,1= Massa/Mr x 1000/100
Massa= (248 x 0,1)/10=2,4 gram
Larutan tak berwarna (bening)
4.2 Rumus-rumus
Asam Sulfat H2¬SO4¬ 0,2 M, 100 mL
Mencari Molaritas M H2SO4, Bj = 1,84, % = 96%
M= (Bj x 10 x %)/Mr
Mr H2¬SO4 = (2x1) + (1x32) + (4x16) = 98
M= (1,84 x 10 x 96)/98=18,02 M
M1 x V1 = M2 x V2
¬18,02 x V1 = 0,2 x 100
V1 = (0,2 x 100)/18,02=1,1 mL
Mencari volume V dari H2SO4 18,02 M
M1 x V1 = M2 x V2
18,02 x V1 = 0,2 x 100
V1 = (0,2 x 100)/18,02=1,1 mL
Asam Oksalat H2¬C2O4¬ 0,01 M, 50 mL
Mencari volume V dari H2C2O4 0,1 M
M1 x V1 = M2 x V2
0,01 x 50 = 0,1 x V2
V_2 = (0,01 x 50)/0,1=5 mL
Kalium Permanganat KMnO4¬ 0,02 N, 50 mL
Mencari volume V dari KMnO4 0,02 N
N1 x V1 = N2 x V2
0,02 x 50 = 0,1 x V2
V_2 = (0,02 x 50)/0,1=10 mL
NaOH 2 M, 50 mL
Mencari massa NaOH
Rumus: M= Massa/Mr x 1000/V
Mr NaOH = (1 x 41) + (1 x 16) + (1 x 1) = 58
2= Massa/58 x 1000/50
Massa= (58 x 2)/20=5,8 gram
FeSO4¬ 0,1 M, 100 mL
Mencari massa FeSO4
Mr FeSO4 = (1 x 59,91) + (1 x 32) + (4 x 16) = 155,91
Rumus: M= Massa/Mr x 1000/V
0,1= Massa/155,91 x 1000/100
Massa= (155,91 x 0,1)/10=1,56 gram
Na2S2O3.5H2O 0,01 M, 100 mL
Mencari massa Na2S2O3.5H2O
Rumus: M= Massa/Mr x 1000/V
Mr Na2S2O3.5H2O = (2 x 41) + (2 x 32) + (3 x 16) + (5 x 1) = 248
0,1= Massa/248 x 1000/100
Massa= (248 x 0,1)/10=2,4 gram
4.3 Pembahasan
Pada percobaan pembuatan larutan ini dilakukan enam kali percobaan, yaitu:
Asam Sulfat H2¬SO4¬ 0,2 M, 100 mL
Dari hasil perhitungan ditemukan hasil volume yang dibutuhkan 1,10 mL untuk dicampur dengan aquades dalam labu takar, dan dihasilkan larutan tak berwarna (bening).
Asam Oksalat H2¬C2O4¬ 0,01 M, 50 mL
Dari hasil perhitungan dibutuhkan volume H2¬C2O4 sebanyak 5mL dengan Molaritas 0,1 M dan dicampur dengan aquades ke dalam labu ukur dan dihasilkan larutan tak berwarna (bening).
Kalium Permanganat KMnO4¬ 0,02 N, 50 mL
Dibutuhkan 10 mL KMnO4¬ 0,1 N dari perhitungan rumus, dan kemudian dicampur dengan aquades dalam labu takar dan dihasilkan larutan yang berwarna ungu.
NaOH 2 M, 50 mL
Pada perhitungan dihasilkan perhitungan 5,8 gram untuk NaOH. Dan ditambahkan aquades ke dalam labu takar 50 mL dan terbentuk larutan tak berwarna (bening).
FeSO4¬ 0,1 M, 100 mL
Dimasukkan/ditambahkan 1,56 gram FeSO4 (hasil perhitungan diperoleh dari perhitungan rumus) kemudian ditambahkan aquades dan dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL dan diperoleh larutan yang berwarna keruh.
Na2S2O3.5H2O 0,01 M, 100 mL
Ditimbang 2,4 gram Na2S2O3.5H2O (massa Na2S2O3.5H2O dapat diperoleh dari hasil perhitungan rumus), kemudian ditambahkan aquades ke dalam labu takar 100 mL. Didapatkan larutan yang tak berwarna (bening).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Contohnya yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan misalnya karbondioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, misalnya alkohol yang bercampur dengan air. Pelarut adalah zat yang jumlahnya lebih banyak dalam larutan dari jumlah zat-zat yang lain, contohnya pelarut yang paling umum adalah air. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan mudah menguap, meninggalkan subtansi terlarut yang didapatkan. Zat terlarut adalah zat yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah zat-zat yang lain dalam larutan, contohnya gula dalam larutan gula, garam dalam larutan garam, zat terlarut memiliki titik didih yang lebih tinggi dan tidak mudah sehingga akan tertinggal saat waktu penguapan. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan (kalor dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya), ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem contohnya C(s) + O2(g) → CO2(g) + 393,5 kJ; DH = -393,5 kJ. Reaksi endoterm adalah reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem (kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya), ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar sistem. Contohnya adalah CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) – 178,5 kJ; DH = +178,5 kJ.
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti di bawah ini:
Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110 – 1200C).
Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia gunakan.
Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh lebih dari 0,01 – 0,02 %)
Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sejalan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higrosfik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetrabonat Na2B4O7, kalium hidrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdekteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator.
Fungsi dari alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
Neraca analitik untuk mengukur atau menghitung massa dari zat yang ditimbang.
Labu takar 100 mL digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu takar.
Pipet tetes digunakan untuk memindahkan larutan yang volumnya tidak diketahui.
Pipet ukur 10 mL digunakan untuk memindahkan larutan dengan volume 10 mL.
Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan kimia didalam alat gelas hingga larutan tersebut homogen.
Gelas Kimia 100 mL digunak untuk mengaduk-mencampur-memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium.
Corong kaca digunakan untuk memasukan larutan kedalam wadah yang mulutnya kecil.
Spatula digunakan untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan dan juga untuk mengaduk larutan.
Pada praktikum ini dilakukan 6 (enam) kali percobaan:
Pada reaksi Asam Sulfat H2¬SO4¬ 0,2 M 100 mL pada hasil percobaan larutan tak berwarna (bening).
Pada reaksi Asam Oksalat H2¬C2O4¬ 0,01 M 50 mL pada hasil percobaan larutan tak berwarna (bening).
Pada reaksi Kalium Permanganat KMnO4¬ 0,02 N, 50 mL, pada hasil percobaan dihasilkan larutan berwarna ungu.
Pada reaksi natrium hidroksida NaOH 2 M, 50 mL, pada hasil percobaan larutan tak berwarna (bening).
Pada reaksi FeSO4¬ 0,1 M, 100 mL, pada hasil percobaan larutan menjadi putih keruh
Pada reaksi Na2S2O3.5H2O 0,01 M, 100 mL, pada hasil percobaan larutan tak berwarna (bening).
Reaksi yang dimaksud disini adalah pembuatan larutan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Untuk membuat larutan dari bahan cair dan padat dilakukan dengan cara mencampurkan bahan cair atau bahan padat tersebut ke dalam gelas kimia kemudian diaduk.
Larutan ideal memenuhi dan mematuhi hukum Roult yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarutan dalam larutan.
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, sedangkan larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
Larutan homogen adalah suatu larutan dengan keadaan dimana dua zat menjadi sama sifatnya karena tercampur atau bergabung, sedangkan larutan heterogen adalah suatu larutan dimana dua zat bercampur, namun masih dibedakan sifat-sifatnya.
Pengenceran adalah menambahkan pelarut ke suatu larutan massa solute dalam larutan adalah tetap walaupun volumenya berubah.
Rumus pengenceran adalah:
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana : - M1 : Molaritas sebelum pengenceran
M2 : Molaritas setelah pengenceran
V1 : Volume sebelum pengenceran
V2 : Volume setelah pengenceran
5.2 Saran
- Sebaiknya digunakan reagen-reagen yang lebih variatif atau banyak lagi sehingga lebih memahami reagen mana saja yang dapat terlarut dan yang tidak dapat menjadi larutan, contohnya BaCl2.
- Pengadaan alat-alat praktikum mungkin dapat diperbanyak lagi untuk menunjang praktikum dan kerja dapat lebih maksimal dan memanfaatkan waktu seefektif dan semaksimal mungkin.
- Sebaiknya pada praktikum selanjutnya larutan yang digunakan ditambahkan menjadi lebih besar yaitu 30 mL agar perubahan warna yang terjadi setelah pencampuran dapat terlihat secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert, Geoffrey Wilkinson. 1998. Kimia Tak Organik Lanjutan. Malaysia: Umida Indrusties SDN. BHD
Day, R. A, A. L. Underwood, Hillarius Wibi H., Lemeda Simarmata. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, Suminar. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga
S., Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB
Sunarya, Yayan, Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia Purna Inves
Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Minggu, 14 Oktober 2012
pemisahan dan pemurnian
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kimia merupakan ilmu yang
mempelajari tentang zat, termasuk wujudnya, kompisisi, struktur, proses
pembentukan, reaksi kimia serta hubungan (pengaruh) antar materi lain. Ilmu
merupakan ilmu percobaan dan sebagian pengetahuannya diperoleh dari percobaan
dan penelitian di laboratorium. Pada kesempatan kali ini akan dipaparkan suatu
bagian dari ilmu kimia yaitu mengenai pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dan
pemurnian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat
yang telah tercemar atau tercampur. Campuran (mixture) dua atau lebih zat
dimana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya
masing-masing dan tidak memiliki susunan yang tetap. Campuran dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) bagian yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran
juga dapat dipisahkan berdasarkan sifat-sifat fisiknya, misalnya kelarutannya,
titik bekunya, maupun titik didihnya.
Campuran homogen misalnya campuran
gas, molekul-molekul zat-zatnya tercampur dan hanya memiliki satu fase (tak ada
beda fase antara zat-zat penyusunnya, contohnya pada sirup dan air). Sedangkan
dalam campuran heterogen misalnya pada air keruh, air dan minyak, mesin atau
logam campuran lainnya dapat sifat dan susunannya yang berbeda (dua fase atau
lebih). Dalam ilmu kimia pemisahan dan pemurnian zat dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya: penyaringan, dekantasi, sublimasi, kristalisasi,
destilasi dan lain-lain. Percobaan ini merupakan suatu yang penting karena
merupakan cabang ilmu kimia, oleh karena itu praktikan diharapkan dapat
memanfaatkan percobaan ini dengan sebaik-baiknya. Cara pemisahan itu dapat
digolongkan menjadi:
a.
Pemisahan zat padat
dari zat cair
b.
Pemisahan zat padat
dari zat padat
Dalam
ilmu kimia pemisahan dan pemurnian campuran sangat penting dan diperlukan.
Dalam praktikum kimia, pemisahan dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat
murni dari suatu campuran. Pada pekerjaan-pekerjaan di laboratorium banyak
melibatkan pemisahan campuran seperti dalam pengolahan minyak bumi dan
logam-logam.
Oleh
karena itu pada bagian ini juga akan sedikit dibahas tentang pemisahan secara
kimia, yaitu kromatografi, sublimasi dan destilasi/ penyulingan. Jadi praktikan
diharapkan dapat mengetahui praktikum dan memanfaatkan percobaan ini
sebaik-baiknya.
1.2
Tujuan
Percobaan
-
Mengetahui berbagai
jenis pemisahan dan pemurnian
-
Memahami prinsip
pemurnian zat dan campurannya
-
Mengetahui perbedaan
campuran homogen dengan heterogen
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur, senyawa
dan campuran itulah yang harus dipahami dalam ilmu kimia. Unsur adalah materi
yang tidak dapat diuraikan dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih
sederhana, contohnya hidrogen, oksigen, besi, tembaga dan sebagainya sampai
saat ini telah diketahui dari 100 unsur dan diharapkan akan ditemukan lagi
unsur baru dimasa mendatang. Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua unsur
atau lebih dengan perbandingan tertentu, jadi senyawa masih dapat diuraikan
menjadi unsur pembentuknya. Contoh air terbentuk dari oksigen dan hidrogen
dengan perbandingan massa 8 dan 1 artinya 89 oksigen bergabung dengan 19
hidrogen menjadi 99 air atau 199 oksigen dengan 29 hidrogen menjadi 189 air
unsur dan senyawa tersebut zat tunggal karena pertikel kecilnya satu macam.
Berbeda dengan unsur dan senyawa tersebut zat tunggal karena partikel terkecil
satu macam. Berbeda dengan unsur dan senyawa. Campuran adalah dua zat tunggal
atau lebih dengan perbandingan sembarang contohnya campuran antara unsure
nitrogen dan oksigen, antara besi dan belerang perbandingan kedua unsur boleh
1:2, 3:7, 2:1 dsb. Jika membentuk senyawa, perbandingan dua unsur harus
tertentu. Contohnya nitrogen dioksida mengandung nitrogen dan oksigen dengan
perbandingan 7 dan 16 dalam senyawa besi sulfid perbandingan massa besi dan
belerang harus 7 dan 4. tidak boleh lain. Campuran dapat terjadi antara
senyawa. Contoh air dengan alkohol antara unsur dengan senyawa, contohnya
nitrogen dengan uap air. Campuran dibagi menjadi dua yaitu campuran homogen dan
heterogen, campuran homogen adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih yang
sama partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase. Satu fase adalah
zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian lain
didekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis air gula disemua bagian
bejana sama baik diatas dibawah maupun dipinggirnya. Campuran heterogen adalah
penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga
perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama diberbagai bagian
bejana contohnya, campuran air dan dengan minyak kelapa pada mulanya kedua zat
tidak bercampur, lalu setelah dikocok dengan kuat minyak menyebar dialam berupa
gelembung-gelembung kecil


![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
Gambar 1.1 Air
dan minyak (a) tidak bercampur dan (b) bercampur dengan heterogen pada
gelombang hanya terdapat minyak, sedangkan lainnya adalah air. Jadi minyak
tidak menyebar merata seperti gula dan air. Dengan kata lain dalam campuran
heterogen masih ada bidang batas antara kedua komponen atau mengandung lebih
dari satu fase. Secara umum dapat disimpulkan bahwa, materi dapat dibagi atas
zat murni (tunggal) dan campuran (majemuk). Zat murni ada dua yaitu unsur dan
senyawa. Senyawa terbentuk dari dua unsur atau lebih dengan komposisi
sembarang. Campuran dapat diubah menjadi zat murni atau sebaliknya, zat murni
dapat digabung menjadi campuran. Kedua proses ini termaksud pristiwa fisika,
demikian juga dengan beberapa unsur dapat bersatu membentuk senyawa dan
sebaliknya senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Peristiwa ini
tersebut peristiwa kimia


kimia
gambar
1.2 Klasifikasi materi
setiap zat murni baik unsur maupun senyawa,
terbentuk dari partikel kecil yang sama ukuran dan massanya partikel suatu
unsur disebut atom, dan partikel senyawa adalah molekul contohnya besi berdiri
dari atom-atom besi dan air sebagai senyawaterdiri dari molekul air.
A B
![]() |
![]() |
Gambar 1.3
partikel materi (a) atom besi dan B molekul air
Sebagai
bukti bahwa materi (a) atom besi dan (b) molekul air tekecil dapat dilihat pada percobaan berikut, jika sendok gula di
masukan kedalam segelas air, tak lama kemudian gula melarut dan tidak kelihatan
gula tidak hilang tetapi terpecah menjadi partikel terkecil dam menyebar merata
keseluruh air, buktinya semua air menjadi manis. Bila minyak wangi di teteskan
di telapak tangan. Tak lama kemudian hilang karena telah terurai menjadi
partikel kecilnya dan terbang kesegala penjuru sehingga ruangan menjadi wangi(Syukri,1999)
Pemisahan
campuran, kebanyakan materi yang terdapat dibumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran dari berbagai komponen contohnya : tanah terdiri dari berbagai senyawa
dan unsur baik dalam wujud padat, cair atau gas. Udara yang kita hirup
sehari-hari mengandung bermacam unsur seperti, oksigen, nitrogen, uap, dan air
dan sebagainya demikian juga air yang kita pakai sehai-hari bukanlah air minum,
melainkan mengandung zat-zat lain didalam bentuk gas, cair atau padat. Untuk
memperoleh hasil murni kita harus memisahkan dari campurannya. Sebagai untuk
mendapatkan air suling (aquades) kita harus menyulingnya dari air sumur/sungai
untuk memperoleh minyak goreng kita harus memisahkan dari buah kelapa atau biji
jagung. Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisik tidak merubah zat selama pemisahan, sedangkan secara
kimia, satu komponen atau lebih dihasilkan dengan zat lain sehingga dapat
dipisahkan disini yang akan dibahas disini adalah pemisahan secara fisika cara
atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis wujud atau sifat komponen,
yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujut padat dan cair, misalnya
pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam. Mulai
dari porinya yang besar sampai sangat halus. Contohnya dengan kertas saring dan
selaput permiable kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan
dari pelarut serta memisahkan suatu koloid dari pelarutnya. Campuran homogen,
seperti alkohol dalam air tidak dapat dipisahkan dengan saringan. Karena
partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan selaput semi permiable
campuran itu dapat dipisahkan dengan cara fisika yaitu destilasi
rekristalisasi,ekstraksi, dan kromatografi suatu zat yang tampil sebagai zat
padat, tetapi tidak mempunyai struktur Kristal yang berkembang biak disebut
amotf ( tanpa bentuk).
Destilasi,
dasar pemisahan dengan destilasi adalah perbedaan titik didih antara dua cairan
atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat. Kita dapat
menguapkan dan menggembungkan komponen demi komponen secara bertahap.
Pengembunan terjadi dengan menggalirkan uap ke tabung pendingin contohnya
memisahkan campuran air dan alcohol.

Gambar
1.3 Destilasi air dan alkohol
Titik didih air
dan alkohol masing-masing 1000C dan 780C. jika campuran
dipanaskan (dalam labu destilasi) dan suhu diatur sekitar 78 0C maka
alkohol akan menguap, sedikit demi sedikit uap itu mengembun dalam pendingin
dan pada akhirnya didapat larutan alkohol murni bila dicampur mengandung
komponen lebih dari dua, maka pengembunan dan penguapan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu, dimulai dari titik didih yang
paling rendah. Akan tetapi pemisahan campuran sulit dan bisanya hasil yang
dapat sedikit tercampur komponen lain yang titik didihnya berdekatan.
Kristal
adalah benda padat yang mempunyai permukaan datar. Karena zat banyak padat
seperti garam, kuarsa dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuan
menduga bahwa atom, ion apapun molekul zat padat ini juga tersusun simetris.
Teknik pemisahan dengan kristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku komponen.
Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air
garam secara perlahan dipanaskan dalam bejana terbuka, maka air akan menguap
sedikit demi sedikit pemanasan dihentikan saat larutan jenuh. Jika dibiarkan
akhirnya terbentuk kristal garam secara perlahan, setelah pengkristalan
sempurna, garam dapat dipisahkann dengan menyaring perbedaan itu karena cukup
besar, dan sebaliknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang
lainnya cair pada suhu kamar ( keenean,1999)
Garam dapur atau natrium klorida atau
NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan
memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCL
nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot
panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal; suatu
garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat digusur.
Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator
semisal lakmus. Garam rangkap; garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari
larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu.
Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion
sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan
garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001).
Kemudahan suatu endapan
dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi
endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah
mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat
kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan
membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana
seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah
dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother
liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari
kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa
tercapai (Svehla, 1979).
Ekstraksi, pemisahan
campuran dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan pelarutan komponen dalam
pelarut yang berbeda. Campuran komponen(misalkan A dan B) dimasukan kedalam
pelarut X dan Y syaratnya kedua pelarut ini tidak dapat bercampur seperti air
dan minyak. Semuanya dimasukkan kedalam corong pisah dan dikocok agar bercampur
semua dan kemudian didiamkan sampai larutnya X dan Y memisah kembali kini zat A
dan B. Berada dalam X dan Y. tetapi perbandingannya sama. Kedua pelarut dapat
dipisahkan dengan membuka keran corong pemisah perlahan-lahan dan di tamping
didalam bejana
Kromatografi adalah
teknik pemisahan campuran berbagai wujud, baik padat, cair dan gas. Dasar
kromatografi adalah perbedaan daya serap suatu zat dengan zat lainnya. (Syukri
s. 1999).
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- Sendok
- Gelas kimia 100 mL
- Corong gelas
- Tabung reaksi
- Corong pisah
- Cawan penguap
- Batang pengaduk
- Pipet tetes
- Enlemeyer
- Hot plate
- Neraca analitik
- Gelas ukur
3.1.2 Bahan-bahan
- Garam dapur
- Kapur tulis
- Pasir
- Naftalena (Kapur barus)
- Minyak goreng
- CuSO4.5H2O
- Norit
- Sirup
- Aquades
- Kertas saring
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Dekantasi
- Dimasukkan satu sendok pasir ke dalam gelas
kimia yang telah diisi air sebelumnya
- Diaduk air dan pasir tersebut
- Dibiarkan mengendap pasir tersebut
- Dituang air yang berada di bagian atas
3.2.2 Filtasi (Penyaringan)
- Digerus kapur tulis hingga menjadi bubuk
- Dimasukkan bubuk kapur tulis tersebut ke
dalam gelas kimia
- Dituangkan air secukupnya ke dalam gelas
kimia
- Diaduk agar tercampur antara kapur tulis dan
air
- Disiapkan corong kaca dan kertas saring
- Dilakukan penyaringn dengan kertas saring
tersebut
3.2.3 Penguapan
- Dimasukkan satu sendok CuSO4.5H2O
ke dalam 10 mL air pada tabung reaksi
- Diuapkan larutan tersebut, digunakan hot
plate untuk penguapan tersebut
- Dibiarkan hingga volumenya menjadi 5 mL
- Didingankan campuran tersebut
3.2.4 Sublimasi
- Digerus naftalena (kapur barus) hingga
menjadi bubuk
- Dimasukkan satu sendok naftalena (kapur
barus) dan sedikit garam ke dalam cawan penguap
- Ditutup cawan penguap dengan kertas saring
- Dilubangi kecil-kecil kertas saring yang
digunakan sebagai penutup tersebut
- Ditutupkan lagi dengan corong kaca cawan
penguap tersebut
- Disumbat leher corong kaca dengan kertas
3.2.5 Ekstraksi
- Dimasukkan air dan minyak goreng ke dalam
corong pisah
- Dikocok air dan minyak goreng tersebut
- Dibiarkan campuran tersebut hingga
campurannya (kedua cairan) tersebut memisah
- Dipisahkan lapisan bawah dan lapisan atas
- Dibuka keran penutup corong pisah agar
lapisan bawah terbuang
3.2.6 Adsorpsi
- Digerus norit hingga menjadi bubuk
- Dimasukkan satu sendok norit ke dalam kertas
saring
- Dituangkan sirup di atas kertas saring
tersebut
- Dibiarkan sirup tertampung di dalam gelas
kimia
3.2.7 Rekristalisasi
- Dilarutkan satu sendok garam dapur ke dalam
50 mL air
- Diaduk campuran tersebut
- Diuapkan larutan tersebut dengan hot plate
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel
Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dekantasi
a. Dimasukkan
satu sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah diisi air
b. Pasir
dibiarkan mengendap
c. Cairan
yang ada di bagian atasnya di tuang
d. Diamati
kejernihan air yang telah di tuang
|
- Air
dan pasir tidak menyapu (menjadi campuran heterogen)
- Pasir
mengendap ke bagian bawah
- Air
menjadi murni dan jernih kembali
|
2
|
Filtrasi (Penyaringan)
a. Kapur
tulis digerus hingga menjadi bubuk
b. Dimasukkan
bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia yang telah diisi air, kemudian diaduk
c. Disaring
dengan menggunakan kertas saring
d. Diamati
kejernihan filtratnya (air setelah disaring)
|
- Air
menyatu dengan kapur tulis, air menjadi putih keruh
- Kapur
tulis tertahan dikertas saring, karena pori-pori kertas saring sangat kecil
dan hanya dapat ditembus oleh air
- Air
menjadi murni dan jernih kembali
|
3
|
Penguapan
a. Dilarutkan
satu sendok CuSO4.5H2O ke dalam 10 mL air
b. Diuapkan
hingga volumenya menjadi 5 mL dan digunakan hot plate untuk penguapan
tersebut
c. Didinginkan
larutan tersebut
d. Diamati
warna kristal CuSO4.5H2O
|
-
Airnya menguap,
kandungan air dalam CuSO4.5H2O pun ikut menguap
-
CuSO4.5H2O
kembali menjadi kristal (CuSO4)
-
Warna kristal menjadi
lebih muda, karena kandungan airnya menguap
|
4
|
Sublimasi
a. Dimasukkan
satu sendok naftalena (kapur tulis) dan sedikit garam ke dalam cawan penguap
b. Cawan
penguap ditutup dengan kertas saring yang telah di lubangi kecil-kecil
c. Ditutup
lagi cawan penguap tersebut dengan corong kaca dengan posisi terbalik
d. Leher
corong kaca disumbat lalu diuapkan dengan menggunakan hot plate
e. Diamati
kristal-kristal yang telah menempel pada corong kaca
|
- Naftalena
(kapur barus) menyublim terlebih dahulu (tingkat menyublim pada naftalena /
kapur barus lebih tinggi daripada garam)
- Garam
masih tertinggal pada cawan penguap
- Naftalena
(kapur barus) yang menyublim menempel pada corong kaca
|
5
|
Ekstraksi
a. Air
dan minyak goreng dimasukkan ke dalam corong pisah, lalu dikocok
b. Setelah
dikocok, dibiarkan air dan minyak goreng terpisah
c. Dibuka
keran corong pisah untuk mengeluarkan air yang berada di bawah
|
- Dengan
memanfaatkan sifat kepolaran dari masing-masing zat dalam hal ini air dan
minyak goreng, maka air yang bersifat polar dan minyak goreng yang bersifat
non polar akan terpisah, meskipun pada awalnya bercampur
|
6
|
Adsorpsi
a. Digerus
norit hingga menjadi bubuk / serbuk
b. Sediakan
sirup
c. Diberikan
norit pada kertas saring sebanyak satu sendok
d. Tuang
sirup ke kertas saring, lalu lihatlah perubahan warna yang terjadi pada
filtrat
|
- Norit
merupakan adsorben
- Norit
menyerapwarna sirup
- Warna
sirup menjadi lebih muda / terang dari sebelumnya karena norit menjerap warna
yang ada pada sirup
|
7
|
Rekristalisasi
a. Diambil
satu sendok garam dapur dan dilarutkan dalam 50 mL air, kemudian diaduk
b. Uapkan
larutan tersebut dengan menggunakan hot plate
c. Amati
kristal yang terbentuk dan menempel pada gelas kimia
|
-
Air dan garam menjadi
campuran homogen
-
Air menguap dan garam
tertinggal di gelas kimia
-
Garam menjadi kristal
kembali dan menempel pada gelas kimia
|
4.2 Pembahasan
Proses pemisahan dan pemurnian
dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya untuk memisahkan campuran
heterogen antara pasir dan air dilakukan dengan cara dekantasi yaitu dengan
membiarkan pasir mengendap dibawah dan diperoleh kembali air yang murni dan
jernih. Memisahkan bubuk kapur tulis yang telah tercampur dengan air dapat
dilakukan dengan menuangkan campuran tersebut ke kertas saring, maka bubuk
kapur tulis dan air akan terpisah kembali antara bubuk kapur tulis dengan air.
Diperoleh kristal CuSO4 kembali dari proses penguapan dari campuran
satu sendok CuSO4.5H2O dengan 10 mL air. Pada proses
sublimasi, naftalena dan garam yang telah tercampur akan terpisah kembali,
karena naftalena dapat menyublim dengan cepat dan menempel pada corong kaca,
sedangkan garam tertinggal di cawan penguap. Dengan memanfaatkan sifat
kepolaran dari air dan minyak goreng, air yang bersifat polar dan minyak goreng
bersifat non polar akan terpisah, meskipun pada awalnya bercampur. Norit yang
merupakan adsorben akan menjerap warna yang ada pada sirup, sirup yang pada
awalnya berwarna kuning pekat akan menjadi lebih muda. Diperoleh kristal garam
dapur kembali dari campuran homogen air dan garam dapur, dengan proses
rekristalisasi yaitu menguapkan campuran tersebut di atas hot plate.
Pemisahan dan pemurnian dilakukan
untuk mendapatkan zat murni dari suatu campuran. Pemisahan dan pemurnian suatu
zat yang telah tercampur dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Dekantasi, yaitu
pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara langsung. Prinsip kerja
dekantasi yaitu dilakukan karena perbedaan partikel, massa dan wujudnya yang
cukup besar. Zat / partikel pasir berada pada dasar beker gelas, hal ini
terjadi karena massa jenis pasir lebih besar dari massa jenis air.
b.
Filtrasi, yaitu
pembersihan partikel-partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada
medium penyaringan atau septem, yang diatasnya padatan akan terendapkan.
Prinsip kerjanya yaitu, pemisahan zat dari campurannya melalui penyaringan yang
didasarkan pada perbedaan ukuran partikel zat-zat yang bercampur dimana ukuran
partikel zat-zat yang bercampur dimana ukuran partikel lebih kecil dari lubang
penyaring akan melewati proses penyaringan sedangkan ukuran partikel yang lebih
besar akan tertahan.
c.
Penguapan, yaitu proses
perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi
gas (contohnya uap air). Prinsip kerjanya didasarkan pada salah satu zat yang
bercampur pada keadaan lewat jenuh, serta perbedaan titik didih zat tersebut.
d.
Sublimasi, yaitu
pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang mudah menyublim dengan cara
penyubliman melalui pemanasan. Salah satu zat dapat menyublim sedangkan yang
lainnya tidak ikut menyublim karena memiliki perbedaan titik leleh merupakan
prinsip kerja sublimasi, hal inilah yang terjadi pada campuran naftalena (kapur
barus) dan garam yang dipanaskan, dimana naftalena lebih cepat menguap
dibandingkan garam karena titik leleh naftalena lebih rendah dari garam.
e.
Ekstraksi adalah proses
pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan
tidak saling larut yang berbeda.
f.
Adsorpsi atau
penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun
gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada
permukaannya.
g.
Rekristralisasi, yaitu
pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara mengkristalkan komponen
tercampu dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan. Rekristalisasi dapat
dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut.
Campuran
adalah gabungan dua atau lebih zat tunggal yang idak saling bereaksi dan
masing-masing komponen masih memiliki dan mempertahankan sifat-sifat asalnya.
Campuran meliputi:
1.
Larutan, yaitu campuran
yang bersifat homogen. Misalnya: larutan gula, larutan cuka, larutan garam, dan
lain-lain. Campuran homogen adalah campuran campuran yang dimana semua bagian
campuran memiliki susunan yang sama dan seragam sehingga sulit untuk dibedakan.
Campuran homogen juga disebut larutan.
2.
Suspensi, yaitu
campuran yang bersifat heterogen. Campuran heterogen merupakan campuran yang
penyusunnya tidak seragam atau tidak sama sehingga masih bisa dibedakan.
Misalnya: campuran tanah dengan batu kerikil.
3.
Dispersi koloid, yaitu
campuran yang bersifat antara homogen dan heterogen. Misalnya: susu, asap,
kabut dan lain-lain.
Secara
umum, “Like Dissolves Like” menerangkan tentang prinsip kelarutan dimana suatu
zat hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Dengan kata lain, zat yang
bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan suatu zat non polar pun akan
larut pada pelarut yang non polar. Contoh pada proses ekstraksi, air yang
bersifat polar dan minyak yang bersifat non polar tak akan bisa bersatu karena
perbedaan sifat kepolarannnya.

Naftalena
(kapur barus) memiliki struktur sebagai berikut.

Minyak
goreng memiliki struktur sebagai berikut.



Pada
metode pemisahan dan pemurnian kita mengenal istilah adsorpsi, adsorpsi atau
penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun
gas terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbsi) pada permukaannya
saja. Contohnya pada percobaan yang telah dilakukan, norit sebagai adsorben
menjerap warna sirup yang dituangkan, digunakan pula untuk menjerap zat-zat
beracun (misalnya logam berat) dan zat-zat yang mahal untuk di recycle.
Sedangkan
absorpsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi
atau suatu proses sewaktu atom, molekul atau ion memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang bisa berupa gas, cairan
ataupun padatan. Proses ini berbeda dengan adsorpsi karena pengikatan molekul
dilakukan melalui volume dan bukan permukaan. Contohnya formalin yang berfase
cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses
absorpsi, pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2) dan absorpsi
obat.
Proses
pemisahan dan pemurnian ini seringkali kita aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya untuk memisahkan garam dari larutannya kita dapat
melakukan dengan melalui proses rekristalisasi, pada industri belerang juga memanfaatkan
proses rekristalisasi dengan cara pendinginan. Norit yang berfungsi sebagai
adsorben dapat membantu kita bila terserang diare untuk menjerap racun-racun
yang menganggu proses pencernaan. Dalam industri pengolahan parfum memanfaatkan
proses ekstraksi. Untuk memisahkan pasir dan air (sungai) memanfaatkan metode
dekantasi. Untuk memisahkan kapur tulis yang tercampur dengan air dapat
dilakukan dengan proses filtrasi (penyaringan).
Fungsi
perlakuan:
-
Digerus untuk
memperoleh bahan dalam bentuk serbuk atau bubuk.
-
Diaduk agar campuran
antara satu zat dengan zat lain tercampur.
-
Dituang agar zat yang
berada di bagian bawah dapat terpisah.
-
Disaring agar terpisah
antara zat pelarut dan zat terlarutnya.
-
Didinginkan agar
terpisah antara pelarut dan zat terlarutnya.
-
Diuapkan untuk melihat
zat mana yang dapat menguap dan tidak dapat menguap.
-
Dikocok agar antar zat
dapat tercampur.
-
Dilubangi agar zat yang
menguap dapat melewati kertas.
-
Disumbat agar zat yang
menguap tidak keluar dari corong gelas.
-
Dibiarkan untuk melihat
proses pemisahannya.
Faktor
kesalahan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: kesalahan akibat dari
perlakuan yang dilakukan tidak terurut, misalnya bahan yang seharusnya digerus
terlebih dahulu ternyata tidak digerus.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan
dengan cara dekantasi, filtrasi, adsorpsi, kristalisasi, sublimasi dan
ekstraksi pelarut.
- Prinsip pemisahan dan pemurnian
didasarkan pada perbedaan massa jenis, titik didih, ukuran partikel dan
kelarutan dari masing zat, baik zat pelarut maupun zat terlarut.
- Campuran homogen merupakan campuran yang
tidak dapat dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya seluruh bagian
campuran homogen memiliki sifat sama, sedangkan campuran heterogen merupakan
campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat bercampur dengan zat lain
secara sempurna sehingga masih dapat dikenali atau diketahui perbedaan
sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur tersebut seperti bentuk dan warna
5.2 Saran
- Diharapkan pada percobaan selanjutnya, digunakan
teknik pemisahan dan pemurnian dengan cara kromotografi destilasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan
Istilah,
Jakarta: Gramedia,
Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas
Jilid 2,
Jakarta : Erlangga.
Svehla, 1979, Buku
Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro, Jakarta : PT Kalman Media Pusaka
S., Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB
S., Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: Penerbit ITB
Langganan:
Postingan (Atom)